Minggu, 13 Juni 2010

Mira (Omicron Ceti) Bintang Raksasa yang Memiliki Ekor

Minggu, 13 Juni 2010 |


 


Mira atau Omicron Ceti adalah nama sebuah bintang raksasa merah yang memiliki ekor yang diperkirakan berjarak 200-400 tahun cahaya jauhnya di konstelasi Cetus. Wujudnya sebagai raksasa merah yang kembang-kempis dan secara periodik dan bisa diamati dengan mata telanjang. Bintang itu telah memikat para ahli astronomi sejak 400 tahun lalu.

Dibandingkan dengan raksasa merah lainnya, Mira memang berbeda. Ia bergerak jauh lebih cepat. Saat ini saja, catatan waktunya dalam membelah langit Bima Sakti terekam 130 kilometer per detik atau 300 kali lebih cepat daripada desing peluru. Bintang yang sejatinya akan menghempaskan seluruh komponen gas yang dimilikinya, meredup, lalu mati, itu diduga bisa melesat karena faktor gaya gravitasi bintang-bintang lain yang melintas di dekatnya.


Belum lama ini, misi Galaxy EvolutionExplorer (Galex) NASA menemukan satu bukti lagi bahwa Mira memang bukan bintang biasa. Sebuah fenomena mirip ekor komet,hanya berukuran antarbintang, ternyata membuntuti pergerakan Mira selama ini. Belum pernah ditemukan bintang lainnya yang seperti itu.

Misi Galex atau penjelajah evolusi galaksi menemukannya secara tak sengaja ketika memindai langit dengan sinar ultraviolet. Saat itu, Mira bersalin rupa laksana komet dengan ekornya yang begitu dahsyat,terbentang hingga 13 tahun cahaya jauhnya atau 20 ribu kali jarak rata-rata Pluto dari matahari. Jarak itu juga setara dengan jauhnya bintang tetangga terdekat, Proxima Centauri.




Ekor Mira sangat panjang hingga 13 tahun cahaya


Mira bergerak dengan kecepatan 130 km per detik

“Saya sangat terkejut ketika pertama kali melihatnya, benar-benar pemandangan tak terduga dari sebuah bintang yang sudah lama terkenal,”kata Christopher Martin dari California Institute of Technology di Pasadena, California.

Christopher Martin

Martin adalah peneliti utama untuk misi penjelajahan itu dan menjadi penulis utama laporan tentang temuan ekor Mira dalam jurnal Nature edisi 15 Agustus lalu. Menurut Martin,”Sangat mengagumkan bagaimana ekor Mira terbentang dalam skala antar bintang mirip jejak uap air pesawat jet di angkasa ataupun gelombang turbulen di tengah laut gara-gara sebuah kapal cepat.”

Para astronom lain seperti segera bereaksi dan menyatakan, ekor Mira menawarkan kesempatan unik untuk bisa mempelajari bagaimana bintang-bintang, seperti matahari kita, mati dan menebar bibit sistem tata surya yang baru. Seiring dengan geraknya melanglang jagat raya,ekor Mira itu menyebarkan karbon,oksigen, dan unsur penting lainnya untuk pembentukan bintang-bintang, planet, dan bisa jadi kehidupan baru.

Yang lebih mengejutkan lagi, material itu ternyata telah dihambur-hamburkan oleh Mira selama30 ribu tahun. “Ini jelas-jelas fenomena baru dan kami masih berada dalam proses memahami reaksi fisika apa yang terlibat di dalamnya,” kata Mark Seibert, kolega Martin, dari Pusat Observasi, Carnegie Institution of Washingtondi Pasadena. “Kami berharap mampu membaca ekor Mira untuk mempelajari tentang kehidupan bintang,” katanya menambahkan.

Selain ekor, misi Galex menemukan busur gelombang kejut sebuah tipe susunan gas panas di muka bintang serta dua arus sinus dari material yang berasal dari muka dan punggung Mira. Para astronom penemunya berpikir bahwa busur gas panas berperan memanaskan gas yang dihempaskan bintang,menyebabkannya bercahaya ketika terpindai spektrum cahaya ultraviolet.

Material yang bersinar itu lalu bergulung-gulung di sekitar punggung bintang, menciptakan sebuah gelombang turbulensi mirip ekor yang sangat panjang. Martin menduga gelombang itu mungkin pernah lebih panjang lagi, “Tapi telah sirna oleh waktu.”

Ekor Mira itu hanya berkilau ketika dipindai dengan sinar ultraviolet. Itulah kenapa teleskop lainnya,termasuk Hubble, selama ini tak bisa mendeteksinya.

Martin dan California Institute of Technology berperan memimpin misi dan bertanggung jawab untuk operasi ilmiah dan analisis datanya. Selain dengan Seibert, Martin berkolaborasi dengan astronom dari Yonsei University di Korea Selatan dan Centre National d’Etudes Spatiales di Prancis.



Bintang Berekor Sesungguhnya


Selama ini komet dikenal dengan sebutan bintang berekor. Gara-garanya, filsuf Aristoteles dulu melukiskan komet pertama kali sebagai bintang berambut.

Aristoteles

Sesungguhnya, komet bukanlah bintang. Obyek yang kebanyakan berasal dari Sabuk Kuiper dan Awan Oort itu sama-sama dengan planet dan asteroid mengorbit matahari. Komet juga tak mengeluarkan cahaya sendiri dan ekornya itu hanya” sampai 10 juta kilometer.


Ekor Mira jelas tak sebanding dengan ekor-ekor komet. Sisa-sisa material yang dihempaskan Mira itu berskala antarbintang. Dalam gambar, Mira melesat dari kiri ke kanan. Begitu cepat sehingga ia menciptakan sebuah busur gelombang kejut terdiri atas gas di mukanya.

Gas itu memanaskan dan bercampur dengan gas hidrogen dingin dalam angin. Gas hidrogen panas kemudian mengalir ke sekitar punggung bintang, menciptakan sebuah riak.

Riak bercahaya karena ketika gas hidrogen dipanaskan,energi gas itu menjadi lebih tinggi. Ia melepaskan energinya dengan cara memancarkan sinar ultraviolet sebuah proses yang disebut fluorescence. Nah, Galex memiliki instrumenspesial yang mampu mendeteksi sinar dengan spektrum gelombang yang sama.

Cantik Karena Renta


Mira atau dikenal juga dengan Omicron Ceti sebenarnya adalah sebuah sistem bintang ganda. Mira A (yang besar dan kini terungkap berekor) tak sendirian berkelana di langit Galaksi Bima Sakti.

Ia ditemani Mira B, sebuah bintang kerdil putih yang berukuran lebih kecil dan cukup jauh. Keduanya saling mengorbit satu sama lain secara perlahan di sudut langit konstelasi Cetus, 350 tahun cahaya jauhnya dari bumi.



Miliaran tahun lalu, Mira A seperti matahari kita. Total massanya sebanding meski diameternya 400 kali lebih besar. Kini Mira A sudah sangat renta. Ia mulai tertelan menjadi apa yang biasa disebut bintang raksasa merah sebuah fase yang masih berjarak 4 sampai 5 miliar tahun jauhnya untuk matahari kita. Dalam fase ini, Mira A secara periodik tumbuh menjadi cukup terang sehingga bisa diamati dengan mata telanjang dari bumi. Mark Seibert menyebutkan, Mira A berkembang dan berkontraksi silih berganti setiap 332 hari.

Sejatinya, Mira A akan menghempaskan seluruh komponen gas miliknya dan berakhir dalam rupa kepompong penuh warna, disebut nebula. Nebula selanjutnya akan memudar bersama dengan laju waktu, menyisakan inti. Fase terakhir inilah yang disebut bintang kerdil putih.

Baik Mira A maupun Mira B sudah dikenal lebih dari 400 tahun. Bintang ganda itu bahkan sudah digunakan sebagai model standar dalam kelas-kelas astronomi tentang bintang yang berdenyut pada usianya yang senja. Saat itu, kebanyakan dari massanya luruh terbawa angin kosmik.

Mira A berkembang menjadi model favorit karena bukan bintang biasa. Ia bergerak sangat cepat. Desir arus angin yang ditinggalkan di belakangnya mirip ekor yang hanya terlihat dalam spektrum gelombang ultraviolet.


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

C-box

Entri Populer

AUTHOR

LAHIR DAN BESAR DI PONOROGO, BERNAMA LENGKAP DICKY FERDINAND PAHLEVI. SEKARANG BERSEKOLAH DI SMPN 1 PONOROGO KELAS 7.
 

Visitor

Pengikut